Aksi protes sekaligus mendukung Presiden Mesir, Mohamed Mursi yang
berlangsung hingga Jumat malam di negara itu berakhir rusuh. Polisi
Mesir menembakkan gas air mata begitu pendukung Mursi dan aktivis
oposisi bentrok di sekeliling satu masjid di kota Mediterania,
Alexandria.
Pada Jumat malam bentrok terjadi beberapa jam sebelum
voting dimulai di penjuru negara. Referendum itu menjadi momen penentu
konstitusi baru.
Protes berlangsung setelah para ulama Mesir
menyatakan dukungan terhadap konstitusi. Massa menolak dari oposisi
kontan mengelilingi masji tersebut di mana sang ulama menolak
dievakuasi.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Aljazirah, Sabtu (15/12) pukul 2.27 waktu setempat, pertempuran jalanan di sekitar masjid Alexandria memanas hingga malam.
"Ambulans
meraung dan mendekat dari berbagai arah, orang-orang digotong dengan
wajah berdarah," bunyi laporan Aljazirah, menggambarkan mereka yang
terluka dalam bentrokan.
Saat bentrokan terus berlangsung, lebih
banyak pendukung ulama berdatangan dan bentrok lebih luas dengan massa
oposisi di luar masjid tak terelakkan. Saat itulah polisi mulai
menembakkan gas air mata ke arah kedua kubu.
Nation Salvation
Front, satu grup oposisi di Mesir telah menyerukan kepada pendukungnya
untuk tak perlu menentang pelaksanaan referendum. Namun kelompok itu
menyarankan mereka memilih 'tidak' saat memberikan suara dalam
perhelatan konstitusi yang dijadwalkan diselenggarakan pada 15 dan 22
Desember. (Republika.co.id)