Oleh Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Makar, menurut kamus besar bahasa
Indonesia bisa didefinisikan sebagai perbuatan tipu muslihat, atau akal
busuk yang dilakukan manusia untuk menjatuhkan atau menyerang seseorang.
Atau bisa juga diartikan sebagai tipu muslihat untuk menjatuhkan
pemimpin atau pemerintahan yang sah. Dalam bahasa internasional
disetarakan juga dengan istilah konspirasi.
Makar bukanlah hal yang baru. Istilah
makar dan perbuatan makar telah dikenal sejak dulu. Bahkan di zaman Nabi
Muhammad SAW sering terjadi peristiwa makar untuk menjatuhkan Nabi
bahkan berbagai upaya dan tipu daya banyak dilakukan oleh orang-orang
kafir untuk membunuh Nabi. Peristiwa itu dengan jelas dan rinci
dijelaskan Allah dalam Al Quran.
Seperti firman Allah pada QS. Al
Anfaal:30, “Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan
daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakan atau membunuhmu
atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Allah sebaik- baiknya pembalas tipu daya
(makar).”
Ayat ini mengingatkan apa yang terjadi
di Mekah, sekaligus mengingatkan bagaimana rencana qadar Allah dan
kebijaksanaanNya terhadap apa yang diputuskan dan diperintahkannya.
Manusia boleh saja melakukan makar (tipu daya). Namun Allah mempunyai
makar (tipu daya) yang lebih hebat dibandingkan apa yang mampu dilakukan
manusia.
Seperti diceritakan dalam sejarah Islam
dan Al Quran, pada suatu malam kaum Quraisy berunding di Mekah untuk
menyingkirkan Nabi Muhammad SAW. Sebagian mereka berkata, “Besok pagi
kita ikat dia (Nabi Muhammad). Sebagian lagi berkata, “Usir saja dia.”
Sebagian lainnya berkata sambil berteriak berkata, “Bunuh saja dia.”
Lalu kaum kafir Quraisy menyusun strategi untuk menangkap, menyingkirkan
dan membunuh Nabi Muhammad SAW.
Namun semua rencana busuk itu
dibocorkan Allah kepada Nabi Muhammad. Maka Ali r.a. disuruh tidur
menggantikan Nabi di tempat tidur beliau. Sedangkan beliau mengungsi ke
gua (Tsur). Semalaman kaum musyrikin mengepung kediaman Nabi. Namun
mereka kaget dan kecewa saat menyergap Nabi menjelang subuh, ternyata
yang mereka tunggui semalaman itu bukan Nabi Muhammad, tetapi sahabat
Nabi, Ali r.a.
Lalu mereka melacak jejak Nabi yang
diduga meloloskan diri ke arah gunung. Namun mendekati sebuah gua
(Tsur) jejak Nabi menjadi kabur. Mereka curiga Nabi bersembunyi di gua
itu, namun mereka jadi ragu karena gua itu tertutup oleh sarang
laba-laba. Lagi pula di sana bersarang seekor burung. Bagaimana mungkin
Nabi bersembunyi di sana?
Itulah yang dimaksud dalam Surat Al Anfaal ayat 30 di atas yang bunyinya (dalam ejaan latin), wayam kuruna wayam kurullahu wallahu chairu almakirin.
Artinya “… mereka memikirkan tipu daya (makar) dan Allah menggagalkan
tipu daya (makar) itu.” Allah menciptakan tipu daya yang lebih hebat
dari yang mereka pikirkan. Allah lah yang menyuruh laba-laba dan burung
di sana untuk memperdaya kaum Quraisy.
Dalam surat Al Ankabut ayat 69 Allah
juga berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang yang berbuat baik.”
Kesimpulannya, boleh saja manusia
melakukan makar, tipu daya dengan segala cara apapun, namun Allah
mempunyai makar, tipu daya yang jauh lebih baik dari apa yang bisa
dilakukan manusia. Dan Allah Maha Tahu dan Maha Melihat mana yang salah
dan mana yang benar dan Allah melindungi orang yang berbuat baik dan
sabar.
Oleh karena itu mari kita
berlomba-lomba berbuat kebaikan di bumi ranah Minang yang kita cintai
ini dan katakanlah yang benar itu benar. Selalulah berbuat kebaikan dan
jadikanlah Al Quran sebagai pedoman hidup kita.
Al Quran adalah pedoman/petunjuk yang
paling tepat untuk manusia. Jika kita membeli mobil, maka pembuat mobil
(pabrik) akan memberikan buku petunjuk (buku manual) agar mobil yang
kita gunakan berfungsi baik, tidak bermasalah dan panjang umurnya.
Begitu juga manusia, Tuhan sebagai pencipta manusia telah memberikan
buku petunjuk (seperti buku manual) untuk manusia agar manusia bisa
hidup dengan baik dan selamat di dunia sampai akhirat. Kitab itu adalah
Al Quran.
Jika masyarakat Sumatera Barat
menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidupnya dalam arti yang
sesungguhnya, insya Allah masyarakat Sumatera Barat akan menjadi
masyarakat yang aman, damai dan sejahtera dunia dan akhirat. Dan Insya
Allah akan diberkahi bumi Minangkabau ini sebagai ranah yang baldatun
toyyibatun warabbun ghofur, terhindar dari segala mara bahaya. Amiin…
***
Padang Ekspres 21 Maret 2013
http://irwan-prayitno.com/2013/03/makar/